Bandungan (31/05/2022) Stunting saat ini sudah menjadi masalah gizi yang tidak asing lagi. Prevalensi stunting di Indonesia menurut Survei Status Gizi Indonesia tahun 2021 adalah 24,4%. Angka tersebut masih jauh dari target Indonesia yang seharusnya 14% pada 2024 mendatang. Prevalensi tersebut juga termasuk masalah gizi kronis menurut World Health Organization karena sudah diatas 20%. Faktor penyebab stunting sangat kompleks, namun faktor utamanya adalah dari kekurangan gizi dalam masa seribu hari pertama kehidupan dalam jangka waktu yang lama. Stunting ternyata juga dapat didasari karena berawal dari gizi buruk.

Gizi buruk dan stunting merupakan dua masalah gizi yang berbeda, namun, balita yang terus menerus mengalami gizi buruk dapat menjadi faktor penyebab stunting. Ibu adalah sosok yang paling dekat dengan balita yang mana ibu memiliki pengaruh besar dalam penentuan status gizi anak. Pengetahuan ibu terkait gizi dapat mempengaruhi status gizi anak. Ibu dengan pengetahuan yang baik maka akan memunculkan perilaku gizi yang baik pada anak sehingga dapat mencapai status gizi yang baik pula.

Salah satu hal yang penting dalam upaya mencegah masalah gizi pada anak adalah ibu perlu melakukan pemantauan status gizi secara rutin ke fasilitas kesehatan/tenaga kesehatan bisa melalui kegiatan posyandu. Skrining atau yang dikenal sebagai deteksi dini sangat penting untuk dilakukan sebagai pencegahan dan penanggulangan segera apabila ada masalah gizi pada anak. Sebagai upaya pencegahan stunting, Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Diponegoro menyelenggarakan kegiatan edukasi skrining gizi buruk di Wilayah Kerja Puskesmas Duren, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Kegiatan tersebut dihadiri oleh ibu-ibu yang memiliki balita. Ibu yang hadir dalam edukasi pun cukup banyak yaitu berjumlah 30 orang.

Pemaparan dilakukan oleh Naintina Lisnawati S.K.M, M.Gizi yang merupakan salah satu staf pengajar Peminatan Gizi Fakultas kesehatan Masyarakat UNDIP yang juga tim pengabdian kegiatan ini. Sebelum paparan dimulai, dilakukan pre test terlebih dahulu kepada ibu untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu sebelum dilakukan edukasi. Pada akhir sesi juga dilakukan post test untuk mengetahui keberhasilan dari edukasi skrining gizi buruk yang telah dilakukan. Materi yang disampaikan adalah terkait hubungan gizi buruk dengan stunting dan tentunya cara deteksi dini gizi buruk. Kegiatan tersebut disambut dengan baik oleh tenaga kesehatan setempat dan seluruh peserta edukasi. Ibu-ibu juga menyimak materi yang diberikan dan ada beberapa ibu yang aktif bertanya dalam kegiatan tersebut.

“Ibu-ibu ini sangat perlu untuk diikutsertakan dalam kegiatan ini karena peranannya yang besar dalam status gizi balita. Harapannya dengan kegiatan edukasi ini ibu lebih waspada dengan kasus gizi buruk maupun stunting dan meningkatkan gizi untuk anaknya”, ujar Naintina Lisnwati S.K.M, M.Gizi Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Diponegoro. “Untuk menanggulangi masalah gizi ya, tentunya kita perlu keterlibatan dari semua pihak, terlebih lagi ibu adalah yang paling dekat dengan anak, maka dari itu kegiatan pengabdian ini melibatkan ibu sehingga bisa secara langsung mencapai sasaran”, imbuh Naintina.

Kegiatan tersebut berlangsung dengan lancar. Melalui edukasi ini, ibu-ibu juga mengaku mendapatkan pandangan baru dan akan lebih waspada terhadap masalah gizi pada anak. “Pokoknya anak saya jangan sampai gizi buruk apalagi stunting, saya baru tahu kalau skrining gizi buruk ternyata sepenting itu”, ujar salah satu ibu yang hadir dalam kegiatan edukasi. Ibu-ibu yang hadir berharap bahwa kegiatan seperti ini perlu untuk dilakukan lagi karena menurut mereka ilmunya sangat bermanfaat.