Sumowono (2/11/2022) – Saat ini issue kesehatan masyarakat di Indonesia yang menjadi salah satu prioritas nasional adalah permasalahan gizi. Triple Burden of Malnutrition yang terdiri dari masalah kekurangan gizi, kelebihan gizi (obesitas) dan kekurangan zat gizi mikro juga masih ditemui di kalangan masyarakat. Balita merupakan kelompok yang sangat rentan untuk mengalami masalah kekurangan gizi yang dapat berujung pada gizi buruk bahkan lebih parahnya dapat berisiko stunting. Masalah gizi yang terjadi pada balita dapat berefek domino untuk kehidupan selanjutnya. Menurut hasil Riskesdas, gizi buruk (severe wasting/sangat kurus) pada balita memang menurun dari 6,2% (2007) menjadi 5,3% (2013) dan 3,5% (2018). Menurut hasil SSGI 2021 prevalensi balita gizi kurang (wasted) adalah 7,1%. Meskipun prevalensinya cenderung menurun, namun tetap diperlukan intervensi dan penanganan yang serius karena sifatnya yang irreversible atau tidak dapat kembali.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam rangka pencegahan maupun penanggulangan masalah gizi. Pemerintah juga telah bekerjasama dengan berbagai pihak dan membuat program-program gizi yang berbasis masyarakat. Posyandu juga menjadi salah satu wadah dalam upaya pemantauan status gizi dan kesehatan ibu serta balita. Kader posyandu memiliki peran yang besar dalam masyarakat. Kader posyandu diharapkan memiliki pengetahuan yang baik agar dapat menyampaikan informasi kesehatan kepada masyarakat. Universitas Diponegoro melalui Tim Pengabdian Kepada Masyarakat menyelenggarakan kegiatan edukasi terkait gizi buruk yang ditujukan untuk kader posyandu khususnya di wilayah kerja Puskesmas Sumowono, Kabupaten Semarang.
“Edukasi gizi buruk ini perlu ditujukan untuk kader, harapannya ya nantinya kader dapat menyampaikan kepada masyarakat khususnya ibu-ibu supaya lebih aware dengan kejadian gizi buruk,” ujar Naintina Lisnawati, S.K.M, M.Gizi, selaku Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Diponegoro. “Apalagi saat ini terkadang ditemukan kasus gizi buruk yang tersembunyi karena ibu tidak menyadari kalau anaknya mengalami gizi buruk. Memang kasus gizi buruk hanya dapat divalidasi oleh tenaga kesehatan. Namun, terkait pengetahuan gizi buruk itu bisa disampaikan kepada masyarakat salah satunya melalui kader terlebih dahulu”, imbuhnya pada Rabu pagi (02/11/2022).
Kegiatan edukasi gizi buruk diikuti oleh seluruh kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Sumowono. Kegiatan tersebut dilakukan di Ruang Pertemuan Balai Desa Sumowono. Edukasi dilakukan dengan penyampaian materi yang juga ditunjukkan dengan praktik untuk menilai gizi buruk pada balita. Dalam kegiatan tersebut Tim Pengabdian Kepada Masyarakat juga dibantu oleh mahasiswa dari Peminatan Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
Dalam paparannya Naintina Lisnawati, S.K.M, M.Gizi menyampaikan materi terkait definisi gizi buruk, tanda-tanda gizi buruk, penyebab, dampak, cara penentuan status gizi buruk, dan tindakan preventif gizi buruk. Menurutnya, hal-hal tersebut sangat penting untuk disampaikan kepada kader karena kader salah satu stakeholder yang paling dekat dengan ibu dan balita. Terlebih lagi masalah gizi buruk terkadang diabaikan oleh beberapa ibu yang menganggap bahwa anaknya kurus/kecil karena sudah bawaan. Kepercayaan seperti itulah yang perlu diluruskan di masyarakat salah satunya bisa melalui pendekatan kepada kader.
“Masyarakat terkadang hanya terpaku oleh salah satu penyebab gizi buruk saja, padahal penyebab gizi buruk sangat banyak dari berbagai macam faktor. Hal itulah yang perlu disampaikan kepada masyarakat untuk lebih baik mencegah gizi buruk”, kata Naintina. Edukasi gizi buruk tersebut berjalan lancar dan disambut dengan antusias oleh para kader. Para kader juga berharap kegiatan semacam ini perlu untuk dilanjutkan. Menurutnya, edukasi sangat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dalam menujunjang aktivitasnya di kalangan masyarakat. Terciptanya kader dengan pengetahuan yang baik terkait gizi buruk diharapkan dapat menjadi salah satu upaya dalam menyelamatkan generasi bangsa dari masalah gizi.
